Pemberian nama ilmiah pada setiap makhluk hidup tujuannya adalah agar spesies mudah dikenali dan menghindari kesalahpahaman, karena biasanya nama spesies akan disebut berbeda di daerah yang berbeda. Misalnya di Jawa Tengah (bahasa jawa) pisang disebut gedang, sedangkan di Jawa Barat (bahasa sunda), gedang artinya pepaya. Pisang di Jawa Barat disebut cau, sedangkan dalam bahasa inggris pisang disebut banana, Nama ilmiah dari pepaya yaitu Carica papaya, dan nama ilmiah pisang, adalah Musa paradisiaca.
Carolus Linnaeus, pada tahun 1735 memperkenalkan sistem pemberian nama ilmiah untuk setiap jenis spesies dengan mengguanakan sistem tata nama ganda, yang disebut binominal nomenklatur. Pemberian nama spesies menggunakan dua kata yang merupakan deskripsi atau gambaran dari organisme tersebut. Sistem tata nama binominal nomenklatur mengikuti beberapa kaidah, yaitu sebagai berikut.
- Menggunakan bahasa latin atau bahasa lain yang dilatinkan.
- Terdiri dari dua kata, di mana kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata kedua adalah nama spesies yang spesifik.
- Huruf pertama pada kata pertama ditulis dengan huruf kapital (uppercase), sedangkan huruf selanjutnya ditulis dengan huruf kecil (lowercase).
- Nama genus dan nama spesies dicetak miring (italic) atau digarisbawahi (underline) secara terpisah.
- Nama atau singkatan nama deskriptoe dapat dituliskan di belakang nama spesies, penulisannya dengan menggunakan huruf tegak tanpa garis bawah.
Contoh penulisan nama ilmiah :
- Glycine max Merr atau Glycine max Merr (keledai). Merr merupakan nama deskriptor (E.D. Merrill)
- Vicia faba L atau Vicia faba L (buncis). L adalah singkatan dari Linnaeus
No comments:
Post a Comment