Pages

Sunday, December 20, 2015

Pengertian Evolusi

 
Evolusi adalah proses perubahan yang terjadi secara perlahan-lahan dalam rentang waktu yang sangat panjang. Proses evolusi memakan waktu ratusan, ribuan, bahkan jutaan tahun tergantung pada objek yang mengalaminya. Evolusi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu evolusi kosmik yang merujuk pada perubahan yang terjadi pada alam semesta, dan evolusi organik yang merujuk pada perubahan yang terjadi pada makhluk hidup. Perubahan-perubahan ini merupakan hasil dari penyesuaian diri dan seleksi alam yang berlangsung selama berabad-abad sehingga memunculkan berbagai jenis makhluk hidup yang berbeda-beda.

Evolusi kosmik merujuk pada perubahan yang terjadi pada lingkungan atau objek yang tidak hidup (abiotik), seperti bumi, planet, dan bintang. Perubahan ini terjadi secara perlahan dalam rentang waktu yang sangat panjang, contohnya daerah yang dahulu merupakan lautan, kini menjadi daratan, atau daerah yang dahulu padat penduduknya, kini menjadi daerah terpencil. Di sisi lain, evolusi organik merujuk pada perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Contohnya, ular yang dulunya memiliki kaki, kini telah berevolusi menjadi ular tanpa kaki, seperti ular sanca. Meski demikian, masih terdapat ular tertentu yang memiliki struktur seperti benjolan kuku, seperti ular piton. Studi tentang evolusi organik ini disebut sebagai ilmu evolusi biologi, yang mempelajari sejarah asal-usul makhluk hidup di Bumi serta hubungan genetik antara berbagai jenis makhluk hidup. Dengan mempelajari evolusi biologi, kita dapat memahami bagaimana makhluk hidup berkembang, bertahan hidup, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Evolusi biologi merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mikroevolusi dan makroevolusi. Mikroevolusi merujuk pada perubahan yang terjadi pada tingkat genetik dalam suatu populasi makhluk hidup dari waktu ke waktu. Perubahan ini terjadi secara perlahan-lahan dan dapat memengaruhi fenotipe organisme. Contohnya, perubahan warna kulit pada populasi kadal, yang semula coklat kini menjadi hijau, atau perubahan ukuran tubuh pada populasi burung finch di Kepulauan Galapagos. Sementara itu, makroevolusi merujuk pada perubahan yang terjadi dalam rentang waktu yang lebih lama, sehingga dapat menghasilkan perubahan yang lebih besar pada tingkatan taksonomi. Misalnya, terbentuknya spesies baru, genus baru, famili baru, kelas baru, divisi atau filum baru, bahkan kingdom baru. Proses makroevolusi memakan waktu ratusan ribu hingga jutaan tahun, dan terjadi sebagai hasil dari berbagai faktor seperti mutasi genetik, seleksi alam, dan faktor lingkungan. Dengan memahami perbedaan antara mikroevolusi dan makroevolusi, kita dapat lebih memahami bagaimana berbagai jenis makhluk hidup berevolusi dan berkembang seiring waktu.

Berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan, evolusi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu evolusi progesif dan evolusi regresif. Evolusi progesif adalah evolusi yang mengarah pada kemungkinan terbentuknya suatu species baru yang dapat bertahan hidup dan berkelanjutan, contohnya evolusi manusia. Manusia yang hidup sekarang ini diduga berasal dari manusia sebelumnya yang memiliki fenotipe yang jauh berbeda atau dapat dikatakan berbeda species. Sementara itu, evolusi regresif adalah evolusi yang mengarah pada kemungkinan terbentuknya species baru yang tidak dapat bertahan hidup dan akhirnya menuju kepunahan, contohnya evolusi dinosaurus. Dinosaurus saat ini tidak dapat kita temukan lagi di muka bumi, tetapi hewan tersebut diyakini pernah ada berdasarkan temuan fosil.

Evolusi merupakan proses perubahan pada makhluk hidup yang dapat menghasilkan berbagai jenis akibat. Salah satu cara untuk mengkategorikan evolusi adalah dengan membaginya menjadi evolusi progresif dan evolusi regresif. Evolusi progresif adalah jenis evolusi yang mengarah pada terbentuknya spesies baru yang memiliki kemampuan bertahan hidup dan berkembang biak dengan baik. Proses ini terjadi melalui seleksi alam dan variasi genetik yang menghasilkan individu yang lebih adaptif terhadap lingkungan hidupnya. Contohnya, evolusi manusia yang telah mengalami perubahan besar dari waktu ke waktu, hingga akhirnya menjadi spesies Homo sapiens yang memiliki kemampuan berpikir, berbicara, dan membuat alat. Sementara itu, evolusi regresif adalah jenis evolusi yang mengarah pada kepunahan spesies atau kehilangan karakteristik penting pada suatu spesies. Proses ini dapat terjadi karena adanya tekanan lingkungan yang tidak menguntungkan, atau karena ketiadaan tekanan seleksi alam yang diperlukan untuk mempertahankan karakteristik tersebut. Contohnya, evolusi dinosaurus yang mengalami kepunahan pada masa lampau, mungkin karena perubahan iklim atau adanya predator yang lebih kuat. Dengan memahami perbedaan antara evolusi progresif dan evolusi regresif, kita dapat lebih memahami bagaimana evolusi memainkan peran penting dalam mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup di Bumi.

Berdasarkan jumlah spesies yang berevolusi dan yang dihasilkan, evolusi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu evolusi divergensi dan evolusi konvergensi. Evolusi divergensi merupakan evolusi yang diawali dari satu spesies kemudian menghasilkan banyak spesies baru, contohnya evolusi burung finch di kepulauan Galapagos. Pada awalnya, hanya ada satu spesies burung finch pemakan biji, kemudia terbentuklah bermacam-macam species burung finch dengan bentuk paruh yang berbeda sesuai dengan jenis makanannya. Sementara itu, evolusi konvergensi merupakan evolusi yang diawali dari beberapa macam spesies kemudian mengalami penyusutan jumlah macam species, contohnya reptil. Para peneliti meyakini bahwa dahulu terdapat jauh lebih banyak spesies reptil dibandingkan sekarang. Evolusi konvergensi terjadi ketika beberapa spesies yang tidak terkait secara evolusi mengalami tekanan selektif yang serupa, sehingga menghasilkan kemiripan fenotipik pada organisme yang berevolusi dari spesies-spesies tersebut. Sebagai contoh, hiu dan lumba-lumba memiliki kemiripan fisik meskipun tidak memiliki hubungan evolusi yang dekat, karena keduanya mengalami tekanan seleksi yang serupa untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang sama yaitu laut dalam. Oleh karena itu, evolusi konvergensi dapat menghasilkan organisme dengan kemiripan fisik yang sangat besar meskipun berasal dari spesies yang berbeda-beda.

No comments:

Post a Comment

Lihat Juga

Jelaskan mekanisme konjugasi pada Spirogyra

Konjugasi adalah salah satu bentuk reproduksi seksual yang ditemukan pada Spirogyra, yang merupakan salah satu jenis ganggang hijau filamen ...

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "